Teroeskan membina TARBIJAH ISLAMIJAH ini sesoeai dengan peladjaran jangkoe berikan ____Syech Soelaiman Arrasoeli

Minggu, 06 Desember 2015

Alif dan Lam; alat mema’rifahkan Isim


Hasil gambar untuk KITAB KUNINGAlif dan Lam; alat mema’rifahkan Isim

Oleh : Ahmad Rifqi

Salah satu pembahasan yang sangat penting dalam ilmu Nahwu adalah pembahasan Ma’rifah dan Nakirah. Karna dua hal ini akan memberikan makna yang berbeda dalam memahami sebuah teks bahasa Arab.
Alif dan Lam termasuk pada salah satu bagian yang berhubungan dengan Ma’rifah, selain Isim Dhamir, Isim Alam, Isim Maushul, Idhafat pada yang Ma’rifah, dan Isim Isyarah.

Pada tulisan kali ini, penulis akan menguraikan sedikit tentang beberapa hal yang terkait dengan Alif dan Lam, termasuk diantaranya perbedaan ulama tentang alat yang memberikan ma’na Ma’rifah yang sebenarnya, apakah keduanya (Alif dan Lam), atau salah satu keduanya.
Supaya lebih memudahkan, penulis membagi pembahasan ini pada dua  pembahasan. Pertama : selintas pandang tentang Alif dan Lam, dan kedua : pembahagian keduanya.

* Selintas pandang Alif dan Lam.

Sebagaimana yang telah ditulis diatas, kedua huruf ini merupakan alat untuk mema’rifahkan sebuah isim yang nakirah. Tentu, secara makna, isim tersebut mengalami perubahan makna dari sebelum dima’rifahkan dan setelah dima’rifahkan. Sebagai contoh dapat kita lihat pada jumlah : رأيت رجلا (aku melihat seorang lelaki). Kata “رجلا” dalam jumlah ini bermakna umum. Artinya tidak mengindikasikan bahwa lelakinya ini adalah si A atau si B. Namun ini berbeda halnya dengan jumlah : رأيت الرجل ( aku melihat seorang lelaki ). 

Dalam penerjemahan, contoh kedua ini memang memiliki arti yang sama dengan contoh pertama. Tapi dari segi makna keduanya amatlah berbeda. Karna kata “الرجل” dalam contoh ini menunjukkan kepada seorang lelaki yang jelas orangnya, bukan lelaki secara umum sebagaimana yang terdapat pada contoh pertama.

Siapakah yang mema’rifahkan?

Jawaban dari pertanyaan ini, paling tidaknya ada beberapa pendapat dari kalangan ahli Nahwu, seperti berikut :

-        - Imam Khalil al-Farahidi. Menurut beliau bahwa yang membuat isim bermakna Ma’rifah adalah keduanya (Alif dan Lam).
-        - Imam Sibawaih. Bagi beliau, ada dua pendapat. Pendapat pertama, yaitu yang dikutip dari keterangan Ibnu Malik bahwa yang mema’rifahkan adalah Alif dan lam. Pendapat kedua, yang dikutip dari pendapat yang masyhur, adalah bahwa yang mema’rifahkan adalah Lam saja tanpa Alif.
-        - Imam al-Mubarrad. Menurut beliau yang mema’rifahkan adalah Hamzah saja sedangkan Lam adalah tambahan untuk membedakan Hamzah yang untuk Ma’rifah atau Hamzah untuk Istifham.
Perbedaan Imam Khalil dan Imam Sibawaih tentang Alif yang terdapat pada Alif Lam.

Dari keterangan diatas, ada titik temu dari pendapat Imam Khalil dan Imam Sibawaih, yaitu bahwa yang mema’rifahkan Isim  adalah kedua-duanya (alif dan lam). Namun dari sisi lain keduanya juga memiliki perbedaan.

Menurut Imam Khalil, Hamzah tersebut adalah hamzah qatha’ yang biasanya dihazafkan seketika kondisi berhubungan dengan kalimat lain,  dengan alasan supaya lebih ringan. Sedangkan jika terdapat pada awal kalimat, ia tidak dimulai dengan harkat sukun.
Menurut Imam Sibawaih, Hamzah tersebut adalah hamzah tambahan saja, karna sebuah kalimat tidak mungkin dimulai dengan harkat sukun.

* Pembahagian Alif dan Lam

Didalam kitab Mutammimah al-Jurumiah, alif dan Lam dibagi kepada dua pembagian besar.
Pertama : ‘Ahdiah (العهدية). Dan kedua : Jinsiyah (الجنسية). Dan kedua pembagian ini juga dibagi kepada beberapa pembagian yang lebih rinci.

Alif lam al- ‘Ahdiah (أل العهدية) mempunyai tiga pembagian :
-       -  ‘Ahdi Zikri (العهد الذكري). Yaitu kalimat Isim yang pada mulanya disebut dengan kondisi Nakirah kemudian diulang kembali dalam kondisi ma’rifah dengan menggunakan  Alif dan Lam sebagai alat mema’rifahkannya. Seperti : رأيت رجلا فلقيت الرجل. Dalam segi makna, alif lam ‘ahdi zikri menunjukkan bahwa isim yang diulang pada kali yang kedua merupakan makna(zat) dari isim yang pertama. Jadi, lelaki yang ditemui adalah lelaki yang dilihat tadi.

-      -   Alif lam ‘Ahdi al-Hudhuri ( العهد الحضوري). Yaitu bahwa ada isim yang disertai dengan alaif lam tersebut hadis ketika dilansungkan pembicaraan. Seperti alif dan Lam yang terdapat dalam jumlah  : اليوم أكملت لكم دينكم. Contoh ini merupakan potongan ayat dalam al-Quran yang diturunkan pada hari ‘Arafah. Maka maksud dari kata اليوم tersebut adalah pada hari ‘Arafah.
-       -  Alif lam ‘Ahdi Zihni ( العهد الذهني). Yaitu alif yang terdapat pada isim yang sudah diketahui maksudnya di kepala. Seperti : إذ هما فى الغار. Walaupun tidak disebutkan nama goanya, namun si Mukhatab sudah tahu nama goa tersebut, yaitu goa Sur.

Sebagaimana Alif Laf ‘Ahdiah (ال العهدية) terbagi kepada tiga pembagian, Alif Lam Jinsiyah  ( ال الجنسية) juga terbagi kepada tiga pembagian :

-       -  Alif lam yang berfunsi sebagai pengenal sebuah zat (الماهية). Seperti : وجعلنا من الماء كل شيء حيّ. Alif lam yang terdapa pada kalimat الماء berfungsi mengenalkan bahwa maksud dari kata air tersebut adalah air mani.
-        - Alif lam yang berfungsi untuk menghabisi seluruh individu yang ada. Seperti alif lam yang terdapat pada contoh الإنسان yang terdapat dalam jumlah وخلق الإنسان ضعيفا.
-       -  Alif lam yang berfungsi untuk mengabisi sifat-sifat dari individu jenis. Seperti : انت الرجل علما. Maka alif lam yang terdapat pada kalimat الرجل meberikan makna bahwa laki-laki ini menguasai semua ilmu.

Wassalam…..

Referensi bacaan :

Muhammad bin Ahmad al-Hadli, al-Kawakib ad-Duriyah, Indonesia : al-Haramain, h. 64-65.

2 komentar:

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Definition List