Teroeskan membina TARBIJAH ISLAMIJAH ini sesoeai dengan peladjaran jangkoe berikan ____Syech Soelaiman Arrasoeli

Selasa, 24 November 2015

Tanda-tanda Isim



[ Tanda-tanda Isim ]

Hasil gambar untuk KITAB KUNING


Imam Ibnu Malik ra. berkata : 

بِالْجَرِّ وَالْتَنْوِيْنِ وَالْنِّدَا وَأَلْ # وَمُسْنَدٍ لِلاسْمِ تَمْيِيْزٌ حَصَلْ
 Artinya :
 “ Dengan sebab Jar, Tanwin, Nida, Al, dan Musnad, hasillah tanda Isim “.

Penjelasan :

Dalam bait pertama dan kedua, kita telah mengenal alur kajian  ilmu Nahwu, yaitu mengaji sebuah kalam (perkataan) menurut analisis tata bahasa. Sebagaimana yang telah disinggung bahwa kalimat ada 3. Pertama Isim. Kedua fiil. Ketiga huruf. Dan bahwa tiap-tiap kalimat yang tiga mempunyai tanda masing-masing yang membedakan ia dengan lainnya.

Pada Kajian Nahwu 3 ini, kita akan mengaji tanda kalimat yang pertama, yaitu isim.

Imam Ibnu Malik menjelaskan dalam baitnya bahwa tanda isim ada 5. Namun, jika dilihat sumber lain, nanti akan ditemukan tanda isim selain yang lima ini. Singkatnya tanda isim tidak hanya lima sebagaimana yang tertera dalam bait diatas.

Tanda Isim ada lima :

1.    Jar.

Sebagian ulama berpendapat bahwa yang dimaksud dengan “Jar” disini adalah adanya harkat kasrah  yang disebabkan oleh beberapa amilnya.
Berdasarkan defenisi ini, maka jar terbagi kepada tiga pembagian :
Pertama :jar dengan huruf, seperti : للرجل. Kedua : jar dengan idhafat, seperti : غلام زيد. Ketiga : jar dengan mengikuti, seperti : مررت برجل قائم.

Maka kata الرجل, زيد, dan قائم adalah isim, karna terdapat harkat kasrah diakhir kalimat tersebut.

2.    Tanwin.
Tanwin ialah nun yang sukun yang menghubungi akhir kalimat pada lafaz, bukan pada tulisan.

Dalam pembagiannya, tanwin terbagi kepada 4.

Pertama : tanwin tamkin, yaitu tanwin yang terdapat dalam isim yang mu’rab, seperti : بزيدٍ.

Kedua : tanwin tankir, yaitu tanwin yang terdapat pada isim yang dibina, gunanya untuk membedakan antara isim ma’rifah dan nakirah. Seperti kalimat سيبويه. Jika kata ini diberi tanwin, maka ia termasuk isim yang nakirah, namun jika kata سيبويه tersebut tidak bertanwin, otomatis ia tetap tergolong pada isim yang ma’rifah (nama ahli Nahwu).

Ketiga : tanwin Muqabalah, yaitu tanwin yang terdapat pada kalimat jama’ muannas yang salim. Dinamakan dengan tanwin muqabalah, karna tanwin tersebut sejajar dengan nun yang terdapat di kalimat jama’ muzakkar yang salim, seperti : زيدون.

Keempat : tanwin ‘iwad, yaitu : tanwin pengganti. Adapun yang digantinya ada tiga. Pertama jumlah, seperti : يومئذٍ. Tanwin pada يومئذٍ ini merupakan ganti dari jumlah yang setelahnya. Kedua : isim, seperti tanwin yang terdapat pada كل. Contoh : كلٌ قائم. Aslinya : كل إنسانٍ قائمٌ. Ketiga : huruf, yaitu tanwin yang terdapat pada contoh جوار  dan غواش. Bentuk aslinya adalah جواري dan غواشي.

Dalam beberapa sumber, banyak ditemukan pembagian tanwin selain yang empat diatas. Seperti tanwin ghulu dan taranum dan lain-lain. Tapi tanwin-tanwin tersebut bukanlah tanwin tanda bagi isim secara khusus. Karna selain pada isim, tanwin tersebut juga ditemukan di fiil dan huruf. Oleh sebab itu, tanwin-tanwin tersebut tidak dapat dijadikan sebagai tanda isim.
3.    Nida.
Nida ialah seruan. Seperti : يا رجل. Kata رجل tergolong pada kalimat isim karna terdapat huruf nida (seruan) sebelumnya.
4.    Alif dan lam. Seperti : الرجل.
5.    Isnad ilaih (إسناد إليه). Isnad ilaih adalah hubungan antara musnad dan musnadi ialai. Seperti hubungan antara kata قام dan زيد pada contoh : قام زيد.

Wassalam…..

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Definition List