Teroeskan membina TARBIJAH ISLAMIJAH ini sesoeai dengan peladjaran jangkoe berikan ____Syech Soelaiman Arrasoeli

Senin, 29 Februari 2016

Pentingnya sebuah niat



Hasil gambar untuk niat
Pentingnya memaknai Niat

Salah satu ajaran agama yang sangat perlu kita pahami adalah niat. Karna niat merupakan penentu dari segala aspek ibadah yang kita lakukan. Apakah amalan yang kita kerjakan seperti  shalat, puasa, zakat, menolong orang yang sedang kesusahan, dan lain-lain akan diterima oleh Allah ta’ala atau tidak? semuanya tergantung kepada niat. 

Jika dari mula niat kita memang murni hanya karna Allah Ta’ala, maka ganjaran pahala akan kita peroleh, namun, beda lagi jika sebaliknya, niscaya murka Allah Ta’ala lah yang akan menimpa kita, walaupun perbuatan yang kita lakukan tersebut baik pada zahirnya.

Dalam satu riwayat yang berasal dari Saiidina Umar bin Khattab ra. nabi Muhammad Saw penah bersabda : إنما الأعمال بالنيات وإنما لكل امرئ ما نوى...
Artinya : sesungguhnya amalan tersebut dengan Niat dan sesungguhnya balasan bagi setiap orang tergantung apa yang ia niatkan.

Hadis ini menegaskan bahwa amalan-amalan yang kita lakukan butuh kepada yang namanya niat, sebagai penentu ganjaran apa yang berhak kita dapatkan dari amalan tersebut. Secara makna, hadis diatas semakna dengan firman Allah SWT yang mengajarkan supaya berniat ikhlas, semata-mata Lillahi Ta’ala dalam beramal. Allah SWT berfirman : وما أمروا إلاّ ليعبدوا الله  مخلصين له الدين حنفاء
Artinya : dan tidaklah mereka diperintahkan kecuali supaya menyembah Allah Ta’ala dalam keadaan ikhlas  menaatinya semata-mata karna agama.

Intinya, dengan ayat dan hadis diatas dapat kita pahami bahwa perintah niat ikhlas, semata-mata hanya karna Allah ta’ala, telah Allah perintahkan sebelum ajaran Nabi Muhammad Saw diturunkan dan perintah tersebut akan berlanjut hingga hari kiamat.
Sebagai lanjutan dari pentingnya memaknai niat, tentu kita harus tahu apa itu niat? Apakah niat itu sama dengan angan-angan, hayalan atau apakah sama dengan yang namanya cita-cita?

Sejatinya, jawaban dari pertanyaan ini telah dipaparkan oleh para ulama dalam berbagai kitab klasik. Sebut saja salah satunya  kitab Syarah Fathul Qarib karya Syekh Ibnu Qasim al-Ghazi, salah seorang ulama dalam mazhab Syafiiah. Dalam kitab tersebut, beliau menjelaskan bahwa yang dikatakan niat adalah قصد الشيئ مقترنا بفعله , artinya : sengaja memperbuat sesuatu bersamaan dengan melaksanakannya.

Titik fokus dari defenisi yang dipaparkan oleh Syek Ibnu Qasim disini adalah bahwa niat atau kesengajaan seseorang baru bisa dinilai sebagai niat, jika hal itu bersamaan dengan pelaksanaannya dan bahwa niat itu adalah termasuk pekerjaan hati bukan pekerjaan lisan/lidah.

Dari sini, kita dapat membedakan bahwa niat sangat berbeda dengan cita-cita atau angan-angan. Sebatas cita-cita, mungkin kita bisa mengatakan : saya akan melaksanakan ibadah shalat, puasa, zakat atau yang lainnya besok hari. walaupun pada kenyataan tidak satu pun dari ibadah tersebut kita kerjakan. Tapi, adapun yang namanya niat, mesti bersamaan dengan melaksanakan amalan tersebut. Dan yang dinilai oleh syariat Islam sebagai penentu amalan adalah Niat bukan cita-cita.  (Ahmad Rifqi)

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Definition List