Teroeskan membina TARBIJAH ISLAMIJAH ini sesoeai dengan peladjaran jangkoe berikan ____Syech Soelaiman Arrasoeli

Selasa, 29 Maret 2016

Muqaddimah Alfiyyah Ibn Malik; Ujub yang Berakhir Manis

Hasil gambar untuk matan alfiah ibnu malik

 [ Muqaddimah Alfiyyah Ibn Malik; Ujub yang Berakhir Manis ] 

Kajian kali ini kita mulai dengan menterjemahkan terlebih dahulu 7 bait pembuka dari Kitab Alfiyyah ibn Malik. Ketujuh bait tersebut adalah sebagai berikut :
قَالَ مُحَمَّد هُوَ ابنُ مَالِكِ # أَحْمَدُ رَبِّي اللَّهَ خَيْرَ مَالِكِ
Muhammad alias Ibn Malik berkata, “Aku memuji Tuhanku, yaitu Allah sebaik-baik Raja pemelihara diriku”.
مُصَلِّيَاً عَلَى النَّبِيِّ الْمُصْطَفَى # وَآلِهِ الْمُسْتَكْمِلِينَ الْشَّرَفَا
Seraya bersalawat untuk Nabi pilihan, dan keluarganya yang telah menyempurnakan sifat-sifat kemulian.
وَأَسْتَعِيْنُ اللَّهَ فِي أَلْفِيَّهْ # مَقَاصِدُ الْنَّحْوِ بِهَا مَحْوِيَّهْ
Aku memohon pertolongan Allah dalam menyusun kitab Alfiyyah ini, yang di dalamnya meliputi (penjelasan-penjelasan) yang dimaksud dalam Ilmu Nahwu.
تُقَرِّبُ الأَقْصَى بِلَفْظٍ مُوْجَزِ # وَتَبْسُطُ الْبَذْلَ بِوَعْدٍ مُنْجَزِ
Alfiyyah ini mendekatkan pengertian yang jauh dengan ungkapan yang mudah, dan menguraikan materi yang luas dengan bahasa yang sederhana.
وَتَقْتَضِي رِضَاً بِغَيْرِ سُخْطِ # فَائِقَةً أَلْفِيَّةَ ابْنِ مُعْطِي
Alfiyyah ini juga menghendaki penerimaan yang tulus dari segenap pembacanya, mengungguli Kitab Alfiyyah karya Ibn Mu’thi.
وَهْوَ بِسَبْقٍ حَائِزٌ تَفْضِيْلاً # مُسْتَوْجِبٌ ثَنَائِيَ الْجَمِيْلاَ
(Namun) Ibn Mu’thi lebih utama karena beliaulah yang mengawalinya, sehingga sudah sepantasnya pujian baikku untuknya.
وَاللَّهُ يَقْضِي بِهِبَاتٍ وَافِرَهْ # لِي وَلَهُ فِي دَرَجَاتِ الآخِرَهْ
Semoga Allah memberikan balasan yang berlipat ganda, untukku dan untuknya berupa derjat yang tinggi di akhirat kelak”.
Sudah menjadi tradisi di kalangan ulama dari dulu hingga sekarang setiap kali mengawali karyanya dengan menuliskan basmalah terlebih dahulu. Hal ini dimaksudkan untuk mengamalkan sebuah riwayat yang bersumber dari Sahabat Abi Hurairah ra bahwasanya Rasulullah Saw pernah bersabda, “setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan basmalah maka keberkahannya akan terputus”. Hadis ini terdapat dalam Kitab al-Arba’in karya Imam al-Rahaawi dan dinilai hasan oleh Imam al-‘Azhim Abadi. Keterangan ini kami kutip dari Imam al-Suyuthi dalam kitabnya Jami’ al-Ahaadits.
Setelah basmalah, Ibn Malik melanjutkannya dengan memuji Allah Swt sembari bersalawat kepada Nabi Muhammad Saw. Hal ini dimaksudkan sebagai wujud rasa syukur atas karunia ilmu pengetahuan yang telah Allah berikan kepadanya. Karena ilmu pada hakikatnya hanyalah milik Allah yang Ia pinjamkan kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Selain itu sebuah riwayat yang bernilai dho’if menyebutkan bahwa Rasulullah pernah bersabda, “setiap perbuatan baik yang tidak diawali dengan pujian kepada Allah dan salawat kepadaku maka keberkahannya akan terputus (kebaikannya akan dihapuskan)”.
Riwayat ini disebutkan oleh Imam al-Daylami dan juga Imam al-Hafizh Abd al-Qadir ibn Abdillah al-Rahaawi dalam Kitab Al-Arba’in. Imam al-Rahaawi menegaskan bahwa penyebutan redaksi “bersalawat kepadaku” dalam teks riwayat di atas ditambahkan oleh Isma’il ibn Abi Ziyad al-Syami, seorang perawi hadis yang sangat lemah sekali (periwayatannya) dan tidak dianggap (oleh para ahli hadis). Namun meskipun riwayat di atas bernilai dhoif (lemah), bukan berarti bersalawat kepada Rasulullah setelah membaca hamdalah tidak punya dasar sama sekali hingga lantas harus ditinggalkan, karena masih banyak hadis-hadis sahih lainnya yang menganjurkan kita untuk banyak bersalawat kepada Baginda Rasul Saw.
Pada bait berikutnya Ibn Malik menjelaskan beberapa keunggulan Alfiyyah yang ia tulis. Ia menilai bahwa Alfiyyah¬¬-nya sebagai kitab nazam terbaik dalam Ilmu Nahwu karena memiliki redaksi yang pendek namun mengandung makna/kandungan yang sangat dalam serta mudah dipahami. Bahkan pada bait ke-5 ia menyebutkan bahwa Alfiyyah yang ia tulis jauh lebih bagus dari Alfiyyah yang pernah ditulis oleh pendahulunya Ibn Mu’thi yang wafat pada tahun 628 hijriah. Terkait dengan hal ini terdapat kisah menarik yang sayang kalau dilewatkan.
Pada saat Ibn Malik menuliskan bait yang kelima tersebut, entah karena sifat ‘ujub yang mungkin saja tergores di dalam hatinya, tiba-tiba saja inspirasinya hilang dan tidak bisa meneruskan bait selanjutnya. Setiap kali dia berusaha untuk menuliskan, selalu saja tidak bisa dan pikirannya menjadi kosong sama sekali. Ia merasa aneh dengan kondisinya hingga akhirnya sampai suatu malam dia bermimpi bertemu dengan Ibn Mu’thi yang menyindirnya karena sudah merasa ujub dan lebih baik dari pendahulunya.
Keesokan harinya dia sadar akan kesalahannya dan segera menghapus bait yang menyanjung dirinya serta merendahkan pendahulunya, Ibn Mu’thi. Bahkan dia menggantinya dengan nazam pujian yang menunjukkan penghargaan serta sanjungan yang sangat tinggi terhadap Ibnu Mu’thi karena sudah memprakarsai penulisan kitab Nahwu dalam bentuk kumpulan syair/nazam. Pelajaran yang dapat dipetik dari sepenggal kisah unik tersebut adalah bahwa setinggi apapun pengetahuan yang kita miliki tidak akan ada artinya kalau diiringi rasa sombong dan merasa diri lebih baik dari orang lain. Karena ilmu hanyalah pinjaman yang sewaktu-waktu bisa saja diambil oleh yang Maha Memiliki. Allahu A’lam. 
( Ditulis oleh : Yunal Isra, alumni MTI Candung)

@ Surau Buya Amran

0 komentar:

Posting Komentar

Popular Posts

Diberdayakan oleh Blogger.

Search

Definition List